warga purbalanjar
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Perajin Tempe Pakai Kedelai KW2

Go down

Perajin Tempe Pakai Kedelai KW2 Empty Perajin Tempe Pakai Kedelai KW2

Post  tahenk Fri Apr 19, 2013 11:27 pm

PURBALINGGA, Harga kedelai impor kembali melejit. Setelah pada pertengahan tahun lalu, harga kedelai naik hingga Rp 8.200 per kilogram, kini harga kedelai kembali naik pada kisaran Rp 7.500 per kilogram. Meski harga bahan baku tempe dan tahu ini masih cukup tinggi, perajin tempe di Desa Gandasuli, Kecamatan Bobotsari, masih tetap bertahan.

Erwin (34), seorang perajin tempe mengatakan, kedelai yang dipakainya berupa kedelai impor kualitas 2 seharga Rp 7.500. Sementara untuk kualitas(KW) 1 harganya lebih mahal, mencapai Rp 8 ribu per kilogram. “Kami hanya mampu memakai kedelai KW 2, yang penting sudah nutup biaya produksi dan untuk membeli bahan baku,” kata Erwin saat dikunjungi Wakil Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto, Kamis (18/4).

Erwin mengatakan, dalam sehari ia hanya mampu mengolah 100 kilogram kedelai putih. Sementara biaya belanja bahan lain untuk pembuatan tempe seperti ragi berbahan beras dan jamur tempe seharga Rp 9.500. Selain itu juga ada plastik dan kayu bakar. Jika dihitung, total modal pembuatan tempe sebanyak 100 kilogram mencapai Rp 809.500.

Tempe sebanyak itu selanjutnya dijual eceran dengan perolehan seluruhnya Rp 1.250.000. “Jika dikalkulasi, masih mendapatkan untung, meski tidak besar karena belum memperhitungkan ongkos tenaga kerja,” kata Erwin.

Soal pasar, Erwin mengaku tidak terlalu kesulitan. Tempe yang siap jual, setiap hari dibawa ke Pasar Bobotsari. “Meski harga bahan baku kedelai tinggi, saya tidak memperkecil ukuran tempe. Yang penting setiap hari bisa habis dan bisa menutup biaya produksi,” ujarnya.

Wabup Sukento mengatakan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan seperti halnya perajin tempe perlu didukung kebijakan pemerintah yang pro UMKM. Kebutuhan yang dihadapi perajin seperti permodalan atau pembinaan lainnya harus dipenuhi. “Namun, soal harga bahan baku kedelai, masih tergantung dengan kebijakan pemerintah pusat yang mengimpor kedelai dan harga pasaran,” katanya.

Sukento mengatakan, model ekonomi kerakyatan yang tersebar di desa-desa mampu mengurangi angka pengangguran. Warga desa juga tidak harus pergi ke kota untuk mencari nafkah keluarganya. ”Kami berupaya akan terus mendorong usaha mikro kecil menengah agar tetap mampu bertahan meski dalam kondisi krisis sekalipun,” ujarnya.

>>>satelitpost
tahenk
tahenk

Jumlah posting : 2009
Join date : 27.01.08
Lokasi : Jakarta Selatan

http://tahenk.multiply.com/

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik