Perajin Tempe Pakai Kedelai KW2
Halaman 1 dari 1
Perajin Tempe Pakai Kedelai KW2
PURBALINGGA, Harga kedelai impor kembali melejit. Setelah pada pertengahan tahun lalu, harga kedelai naik hingga Rp 8.200 per kilogram, kini harga kedelai kembali naik pada kisaran Rp 7.500 per kilogram. Meski harga bahan baku tempe dan tahu ini masih cukup tinggi, perajin tempe di Desa Gandasuli, Kecamatan Bobotsari, masih tetap bertahan.
Erwin (34), seorang perajin tempe mengatakan, kedelai yang dipakainya berupa kedelai impor kualitas 2 seharga Rp 7.500. Sementara untuk kualitas(KW) 1 harganya lebih mahal, mencapai Rp 8 ribu per kilogram. “Kami hanya mampu memakai kedelai KW 2, yang penting sudah nutup biaya produksi dan untuk membeli bahan baku,” kata Erwin saat dikunjungi Wakil Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto, Kamis (18/4).
Erwin mengatakan, dalam sehari ia hanya mampu mengolah 100 kilogram kedelai putih. Sementara biaya belanja bahan lain untuk pembuatan tempe seperti ragi berbahan beras dan jamur tempe seharga Rp 9.500. Selain itu juga ada plastik dan kayu bakar. Jika dihitung, total modal pembuatan tempe sebanyak 100 kilogram mencapai Rp 809.500.
Tempe sebanyak itu selanjutnya dijual eceran dengan perolehan seluruhnya Rp 1.250.000. “Jika dikalkulasi, masih mendapatkan untung, meski tidak besar karena belum memperhitungkan ongkos tenaga kerja,” kata Erwin.
Soal pasar, Erwin mengaku tidak terlalu kesulitan. Tempe yang siap jual, setiap hari dibawa ke Pasar Bobotsari. “Meski harga bahan baku kedelai tinggi, saya tidak memperkecil ukuran tempe. Yang penting setiap hari bisa habis dan bisa menutup biaya produksi,” ujarnya.
Wabup Sukento mengatakan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan seperti halnya perajin tempe perlu didukung kebijakan pemerintah yang pro UMKM. Kebutuhan yang dihadapi perajin seperti permodalan atau pembinaan lainnya harus dipenuhi. “Namun, soal harga bahan baku kedelai, masih tergantung dengan kebijakan pemerintah pusat yang mengimpor kedelai dan harga pasaran,” katanya.
Sukento mengatakan, model ekonomi kerakyatan yang tersebar di desa-desa mampu mengurangi angka pengangguran. Warga desa juga tidak harus pergi ke kota untuk mencari nafkah keluarganya. ”Kami berupaya akan terus mendorong usaha mikro kecil menengah agar tetap mampu bertahan meski dalam kondisi krisis sekalipun,” ujarnya.
>>>satelitpost
Erwin (34), seorang perajin tempe mengatakan, kedelai yang dipakainya berupa kedelai impor kualitas 2 seharga Rp 7.500. Sementara untuk kualitas(KW) 1 harganya lebih mahal, mencapai Rp 8 ribu per kilogram. “Kami hanya mampu memakai kedelai KW 2, yang penting sudah nutup biaya produksi dan untuk membeli bahan baku,” kata Erwin saat dikunjungi Wakil Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto, Kamis (18/4).
Erwin mengatakan, dalam sehari ia hanya mampu mengolah 100 kilogram kedelai putih. Sementara biaya belanja bahan lain untuk pembuatan tempe seperti ragi berbahan beras dan jamur tempe seharga Rp 9.500. Selain itu juga ada plastik dan kayu bakar. Jika dihitung, total modal pembuatan tempe sebanyak 100 kilogram mencapai Rp 809.500.
Tempe sebanyak itu selanjutnya dijual eceran dengan perolehan seluruhnya Rp 1.250.000. “Jika dikalkulasi, masih mendapatkan untung, meski tidak besar karena belum memperhitungkan ongkos tenaga kerja,” kata Erwin.
Soal pasar, Erwin mengaku tidak terlalu kesulitan. Tempe yang siap jual, setiap hari dibawa ke Pasar Bobotsari. “Meski harga bahan baku kedelai tinggi, saya tidak memperkecil ukuran tempe. Yang penting setiap hari bisa habis dan bisa menutup biaya produksi,” ujarnya.
Wabup Sukento mengatakan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan seperti halnya perajin tempe perlu didukung kebijakan pemerintah yang pro UMKM. Kebutuhan yang dihadapi perajin seperti permodalan atau pembinaan lainnya harus dipenuhi. “Namun, soal harga bahan baku kedelai, masih tergantung dengan kebijakan pemerintah pusat yang mengimpor kedelai dan harga pasaran,” katanya.
Sukento mengatakan, model ekonomi kerakyatan yang tersebar di desa-desa mampu mengurangi angka pengangguran. Warga desa juga tidak harus pergi ke kota untuk mencari nafkah keluarganya. ”Kami berupaya akan terus mendorong usaha mikro kecil menengah agar tetap mampu bertahan meski dalam kondisi krisis sekalipun,” ujarnya.
>>>satelitpost
Similar topics
» 15% Perajin Tahudan Tempe Kolaps
» Harga Kedelai Melambung, Perajin Makanan Khas Wonosobo Gulung Tikar
» Pemdes Kalisari Bangun Demplot Kedelai
» Seluruh KA Jarak Jauh akan Pakai AC
» Chris John Ternyata Suka Tempe Mendoan
» Harga Kedelai Melambung, Perajin Makanan Khas Wonosobo Gulung Tikar
» Pemdes Kalisari Bangun Demplot Kedelai
» Seluruh KA Jarak Jauh akan Pakai AC
» Chris John Ternyata Suka Tempe Mendoan
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|