warga purbalanjar
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Menolak Sekolah di Kota, Menteri Bangun Madrasah di Kampungnya

Go down

Menolak Sekolah di Kota, Menteri Bangun Madrasah di Kampungnya Empty Menolak Sekolah di Kota, Menteri Bangun Madrasah di Kampungnya

Post  tahenk Thu Apr 25, 2013 10:20 pm

#Tasripin, Bocah Miskin yang Mengetuk Hati Banyak Orang

Rasa cinta pada ketiga adiknya begitu kuat. Tawaran bersekolah di kota pun tak pernah digubris. Dia lebih memilih merawat adik sebagai tanggung jawab hidupnya.
RIKO NOVIANTORO, Jakarta

Keluguan wajah bocah berusia 12 tahun ini begitu khas. Batik lusuh dan sandal jepit yang dikenakan tak membuat risih sedikit pun. Tetap gagah dan penuh percaya diri.
Sikapnya begitu santun. Tutur katanya sederhana sekali. Dengan tatapan matanya yang tak pernah jauh dari ketiga adik kecilnya itu.
Tasripin, bocah asal Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ini memang populer. Namanya menjadi gunjingan kaum ibu dan para orang tua yang kagum atas kegigihannya.

Dari tangan mungil Tasripin itulah ketiga adiknya Dandi, 7, Riyanti, 6, dan Daryo, 4, bisa terjaga dari segala kesulitan. Kegundahan adiknya yang masih kecil, menjadi energi hebat bagi Tasripin untuk terus bertahan.
Putra sulung Kuswito itu memang sang pahlawan kecil. Tiada keluhan dan gundah dalam hati. Usianya masih belia, digadaikan untuk menggantikan peran orang tua.
’’Aku sayang ama adik-adik,’’ kata Tasripin sambil melihat kenakalan ketiga adiknya itu.
Tasripin dan ketiga adiknya bersama ayahnya, Kuswito, memang jadi tamu 'agung' di Jakarta. Keluarga miskin asal Banyumas itu diundang khusus untuk road show di sejumlah televisi. Termasuk bertemu beberapa pejabat negara.
Mereka menginap di hotel Borobudur dengan kelas kamar cukup mewah. Ditambah fasilitas pendamping dan kendaraan operasional.
’’Iki (ini) pertama kali ke Jakarta,’’ tambah dia sambil tersenyum.
Tangannya sigap melayani adiknya. Tak pernah marah dan menghardik sedikit pun. Meski adiknya terlihat begitu lincah di ruang kerja Menteri Agama, Suryadharma Ali.
Kursi tempatnya duduk ditinggalkan, hanya untuk memberikan adiknya leluasa berada di sofa. Sesekali saja mengingatkan dengan perkataan lembut agar adiknya bisa menjaga tingkahnya.
’’Di rumah juga begini. Lompat-lompat terus,’’ paparnya dalam logat khas Banyumas.

Tasripin diterima Menteri Agama Suryadharma Ali di kantornya. Wajahnya menunduk. Tak banyak menatap ke wajah tetamu yang ada di ruangan.
’’Tasripin mau sekolah kan,’’ tanya Suryadharma Ali membuka pembicaraan.
Tiada perkataan yang terdengar dari Tasripin. Hanya anggukan kepala yang membenarkan harapan untuk bersekolah.
’’Kamu sekolah ya, bisa belajar rame-rame. Jangan cari duit dulu masih kecil, biar urusan bapaknya,’’ bujuk Suryadharma Ali kepada Tasripin.
Dulu Tasripin pernah bersekolah. Jarak tempuhnya terlalu jauh. Sekitar 3 kilometer dari kampunya. Itu pun dengan kondisi alam yang kurang ramah bagi anak-anak.
Namun kemiskinan membuat Tasripin harus berhenti. Dia rela membayar masa belajarnya untuk menjaga ketiga adiknya itu.
’’Bagaimna kalau Tasripin sekolah di kota saja,’’ lanjut pria yang disapa SDA itu.

Lagi-lagi Tasripin memilih diam. Wajahnya seperti berkerut sesaat. Mencari keputusan yang tepat bagi dirinya. ’’Ndak mau,’’ jawabnya singkat.
Dia mengaku lebih senang bersekolah di kampungnya. Bukan hanya bisa bersekolah, tapi dapat pula menjaga adik-adiknya. Karena itu merupakan tanggung jawab dirinya.
Mendengar itu, Menteri Agama pun cukup terkejut. Pasalnya di kampung Tasripin tak ada sekolah tingkat dasar. Hanya sekolah untuk anak usia dini.
’’Kalau begitu siapkan saja sekolah di sana. Tasripin bisa sekolah, teman-temannya pun bisa bersekolah,’’ ucap pria yang akrab disapa SDA itu.
SDA mengatakan, saat ini telah tersedia tanah seluas 700 meter. Lahan itu bisa diperluas untuk kebutuhan bangun sekolah. Prosesnya memang tak mudah. Tapi harus dicoba. ’’Tapi tetap madrasah bentuknya,’’ tegas dia.
Mengenai status madrasah itu, menurut SDA, biasanya kalau atas prakarsa yayasan bersatus swasta. Tapi akan lebih baik kalau madrasah itu berstatus negeri, sehingga masalah operasional serta gaji guru ditanggung pemerintah.
Muhammad Adib, Ketua Paguyuban Lembaga Masyarakat desan Hutan provinsi Jawa Tengah mengungkapkan, tempat tinggal Tasripin berada di kawasan hutan. Madrasah yang akan dibangun tidak harus gedung mewah, model madrasah alamiah. Tapi anak nyaman belajar di situ,’’ ujar pria asal Cilongok didampingi Indayatun (16), siswi PLK (Pendidikan Layanan Khusus) Boarding School Baturaden. 
Tak hanya Tasripin sekeluarga yang diuntungkan dengan adanya pesantren tersebut. Anak-anak warga miskin di kampung Tasripin pun bisa mengecap pendidikan layak. (*)

>>>INDOPOS/jawa pos news network

tahenk
tahenk

Jumlah posting : 2009
Join date : 27.01.08
Lokasi : Jakarta Selatan

http://tahenk.multiply.com/

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik