warga purbalanjar
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Gula Semut Memang Manis

Go down

Gula Semut Memang Manis Empty Gula Semut Memang Manis

Post  tahenk Tue Jan 24, 2012 9:21 pm

PRODUK gula semut organik Banyumas kini telah menjadi barang unggulan ekspor. Sayang dari sekian banyak permintaan ekspor, baru sebagian kecil yang tertangani. Keterbatasan produk gula semut organik masih menjadi kendala.

“Kami baru dapat memenuhi permintaan ekspor separuhnya saja. Karena memang keterbatasan produk kami yang telah tersertifikasi,” kata Sakun Ahmad Sahroni (40), Ketua Petani Kelapa Manggar Manis Desa Kedungurang, Kecamatan Gumelar, Banyumas.

Untuk memenuhi kuantitas dan kualitas ekspor, kata Sakun, memang membutuhkan kerja keras dan pertambahan penghasil gula semut di Banyumas. Dia menuturkan dari permintaan Amerika Serikat sekitar 10 ton, saat ini baru terpenuhi sekitar 5 ton. Adapun pemenuhan untuk pasar Eropa, Singapura, dan Taiwan juga baru 3 ton dari permintaan lebih dari 7 ton setiap bulan.

“Setelah didera kemarau panjang beberapa waktu lalu, memang produksi gula semut terbilang menurun. Selain itu, biaya mahal sertifikasi menjadi kendala bagi penderes untuk menjual produk dengan kualitas ekspor. Padahal jika sertifikasi dipermudah dan dipermurah, pemenuhan ekspor pun tentu saja bertambah,” kata Sakun.

Perlu Motivasi

Surwanto, Kepala Desa Kedungurang, Kecamatan Gumelar, menyebutkan dari sekitar 750 penderes gula kelapa, baru sekitar 140 orang yang mau dan mampu beralih ke sistem organik. Selebihnya penderes masih menggunakan sulfite bahan pengawet dan pengeras gula cetak.

Sementara itu yang aktif bergabung dengan koperasi baru sekitar 50 orang. Dari gambaran itu bisa diperkirakan dalam waktu sehari produsen di Desa Kedungurang bisa memproduksi 700 kilogram, dengan asumsi setiap perajin membuat 5 kilogram gula kristal.

“Memang kesadaran dan motivasi para petani penderes masih harus dibangkitkan. Selisih sekitar Rp 20.000 dari jumlah rata-rata penghasilan 5 kilogram gula menjadi salah satu motivasi bagi penderes gula kelapa biasa untuk beralih ke produksi gula kristal organik,” ujar Surwanto.

Dia menuturkan dibandingkan dengan gula cetak biasa yang di pasar dihargai antara Rp 7.500 dan Rp 8.000 per kilogram, harga gula kristal organik telah mencapai Rp 11.000 per kilogram. Cuma memang untuk membuat gula kristal harus lebih telaten karena ada proses pengeringan dan pengayakan produk gula tersebut.

“Mereka bisa menjual gula kristal lewat tengkulak atau lewat koperasi. Bagi yang telah uji sertifikasi memang tak pernah khawatir produknya tidak laku. Karena itulah saya berharap jumlah perajin gula kristal makin banyak,” tutur dia.

Sementara itu, perjalanan Kelompok Petani Kelapa Manggar Manis untuk meraih gelar juara I tingkat tasional tahun 2011 tak selalu mulus. Para perintis produksi gula kristal yang tergabung harus mengatasi berbagai aral yang melintang terlebih dahulu.

“Awalnya beberapa orang saja yang membuat gula semut. Karena produk tersebut kurang laku di pasaran, kami, para pengurus, malah didemonstrasi dan disalahkan. Itu awal perjalanan kami. Namun kami terus bergerak karena yakin bahwa produk kami bakal laris,” ujar Sakun Ahmad Sahroni.

Proses Singkat

Dia mengetahui potensi gula semut berdasar sosialiasi dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Banyumas. Setelah bertemu eksponen Lembaga Penelitian Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup ( LPPSLH), akhirnya kelompok Manggar Manis yang pada awal pembentukan beranggota 17 orang diberi bekal dan diminta untuk menyertifikasikan produk mereka.

“Dari situlah kami mulai yakin bahwa produk kami bakal laku di pasaran mancanegara. Sampai sekarang. Dan, setiap tahun para anggota, petani perajin gula kelapa organik, meningkat sehingga menjadi 170-an orang,” katanya.

Tidak hanya soal harga, proses produksi gula kristal juga tergolong lebih singkat dan mudah. Pembuatan gula kristal hanya membutuhkan tambahan waktu sekitar satu jam. Itu pun sudah termasuk proses pengeringan dan pengayakan yang dilakukan secara manual.

“Yang berbeda untuk membuat gula kristal organik, kita tidak harus mencetaknya. Namun kita hanya mengeringkan di dalam wajan. Sehabis itu kita keruk dengan soled supaya menjadi bentuk kristal-kristal. Selanjutnya ada proses pengayakan dan pengeringan supaya ukuran gula kristal yang kita dapatkan merata,” kata Waryati.

Perajin gula kristal asal Desa Kedungurang itu mendapatkan pengetahuan membuat gula kristal dari Program Pengembangan Produk Rakyat (P3R) Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Banyumas. Sebelum gula kristal dikembangkan, para kader perajin gula kristal dididik dan diberi pelatihan terlebih dulu. Pasalnya, gula kristal merupakan komoditas ekspor yang membutuhkan kualitas mutu dan standar internasional.

“Sebelum masuk pasar ekspor, produksi gula kristal melalui tahapan uji sertifikasi terlebih dulu. Uji sertifikasi menyangkut kebersihan bahan, proses, dan tidak ada bahan pengawet atau pengeras dalam proses produksi. Jadi tidak sembarangan gula kristal atau gula semut yang bisa diekspor,” ujar Yulianto, kader dan penyalur gula kristal. (51)


sumber: suara merdeka
tahenk
tahenk

Jumlah posting : 2009
Join date : 27.01.08
Lokasi : Jakarta Selatan

http://tahenk.multiply.com/

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik