Kekeringan di Banyumas Meluas

BANYUMAS - Kekeringan melanda wilayah di Banyumas diantaranya Kecamatan Ajibarang, Gumelar, Wangon, Lumbir dan Purwojati. Di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang ratusan hektare sawah kering kerontang, para petani membiarkan sawahnya sampai retak-retak.

“Kalau musim kemarau begini kami tidak tanam padi. Airnya sulit didapat,” kata Karso, satu petani padi sawah Desa Darmakeradenan, Senin (3/9).

Selain sawah kondisi Sungai Tajum yang jadi jantung kehidupan warga Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar juga mengering. “Buat kami yang tidak punya sumur di rumah ya ambil air untuk mandi, cuci dan kakus di sungai. Agar air sungai bisa bersih, kami harus bikin kubangan pada tanah di dekat mengalirnya air sungai. Air seperti ini lumayan bersih, karena merupakan hasil rembesan sungai," kata Sugiarti (36), warga Grumbul Ciruas, Desa Cihonje.

Hal yang sama terjadi di Desa Rawaheng, Kecamatan Wangon, sebagian petani yang baru memanen padi, hasilnya juga turun drastis akibat kekurangan air. “Hasil panen yang standarnya 4 ton gabah kering, sekarang 2 ton. Hasil jualnya yang biasa mencapai Rp 12 juta, sekarang hanya Rp 8 juta,” terang Samsuri, salah satu petani di situ.

Sekarang ini, memang harga gabah kering sedang naik yakni perkilonya Rp 4.300 tetapi dengan hasil panen yang menurun drastis membuat hasil penjualan ke pasar tetap turun. “Kalau hasil panennya banyak memang harga gabah kering jadi murah perkilonya. Tetapi jika dihitung total, tetap saja pemasukan lebih banyak saat panen maksimal daripada sekarang,” ujar Samsuri.

Menurutnya, saat ini bukan hanya kelangkaan air yang membuat hasil padi menurun, tetapi hama tikus dan burung turut menyerang padi para petani. “Hama tikus dan burung masih sulit diberantas. Ditambah pengambilan air dari sungai minim, panen kali ini benar-benar diluar perhitungan,” tuturnya. (Ero)

#KRJOGJA.COM