Unsoed Kembangkan Biofortifikasi Padi
Halaman 1 dari 1
Unsoed Kembangkan Biofortifikasi Padi
PURWOKERTO (KRjogja.com) – Tim Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mengembangkan biofortifikasi Fe tanaman padi untuk mencegah penyakit anemia saat dikonsumsi oleh manusia.
"Biofortifikasi Fe tanaman padi ini merupakan teknologi yang murah, mudah dan berkelanjutan untuk mengatasi defisiensi Fe penyebab animea," kata Peneliti Utama FP, Ir. Suwarto, MS, Rabu (30/6) kepada krjogja.com, di Gedung Pascasarjana Fakultas Pertanian Unsoed.
Suwarto menjelaskan ujicoba yang diterapkannya yakni mengawinkan padi jenis Gilirang Fatmawati IR 64 dengan padi jenis Cimelati G10. Setelah melalui riset dan percobaan dari tahun 2007 sampai 2010, dari puluhan galur, ditemukan tujuh galur murni yang memiliki Fe beras tinggi lebih dari 20 ppm dan berdaya hasil tinggi lebih dari delapan ton per hektar. Selain itu, terpilih tiga galur yang memiliki Fe beras dan potensi produksi tertinggi lebih dari 10 ton perhektar, yakni G 27, G 37 dan G2.
Suwarto mengatakan, ujicoba dilakukan di Kutasari, Baturraden seluas 24 Hektar dan ada perbedaan kandungan Fe dalam beras antargenotipe Fe hasil persilangan antara tetua Fe beras tinggi dengan tetua produksi tinggi.
Manfaat penemuannya itu, terjadi peningkatan kandungan nutrisi Fe pada beras akan meningkatkan asupan nutrisi Fe bagi konsumennya dibanding mengkonsumsi beras biasa. Biofertifikasi Fe tanaman padi juga meningkatkan produktifitas lahan marjinal. (Ero)
"Biofortifikasi Fe tanaman padi ini merupakan teknologi yang murah, mudah dan berkelanjutan untuk mengatasi defisiensi Fe penyebab animea," kata Peneliti Utama FP, Ir. Suwarto, MS, Rabu (30/6) kepada krjogja.com, di Gedung Pascasarjana Fakultas Pertanian Unsoed.
Suwarto menjelaskan ujicoba yang diterapkannya yakni mengawinkan padi jenis Gilirang Fatmawati IR 64 dengan padi jenis Cimelati G10. Setelah melalui riset dan percobaan dari tahun 2007 sampai 2010, dari puluhan galur, ditemukan tujuh galur murni yang memiliki Fe beras tinggi lebih dari 20 ppm dan berdaya hasil tinggi lebih dari delapan ton per hektar. Selain itu, terpilih tiga galur yang memiliki Fe beras dan potensi produksi tertinggi lebih dari 10 ton perhektar, yakni G 27, G 37 dan G2.
Suwarto mengatakan, ujicoba dilakukan di Kutasari, Baturraden seluas 24 Hektar dan ada perbedaan kandungan Fe dalam beras antargenotipe Fe hasil persilangan antara tetua Fe beras tinggi dengan tetua produksi tinggi.
Manfaat penemuannya itu, terjadi peningkatan kandungan nutrisi Fe pada beras akan meningkatkan asupan nutrisi Fe bagi konsumennya dibanding mengkonsumsi beras biasa. Biofertifikasi Fe tanaman padi juga meningkatkan produktifitas lahan marjinal. (Ero)
Similar topics
» Mahasiswa KKN UNSOED Kembangkan Alat Pengering Efek Rumah Kaca
» Banjarnegara Kembangkan Kopi Dieng
» Purworejo Siap Kembangkan Kambing Afrika
» SANGAT MENJANJIKAN; Banyumas Kembangkan Perkebunan Karet
» Bank Padi Mangkrak
» Banjarnegara Kembangkan Kopi Dieng
» Purworejo Siap Kembangkan Kambing Afrika
» SANGAT MENJANJIKAN; Banyumas Kembangkan Perkebunan Karet
» Bank Padi Mangkrak
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|