Penderita Gizi Buruk Masih Tinggi
Halaman 1 dari 1
Penderita Gizi Buruk Masih Tinggi
PURWOKERTO- Direktur LSM Cahaya Pratama, LPAS Widyaningrum, menuturkan penderita gizi buruk di Banyumas cenderung terabaikan.
Kesimpulan awal itu dengan alasan beberapa pasien gizi buruk datang dengan sendirinya ke rumah sakit. Artinya, bukan karena ditemukan pemerintah kemudian direkomendasikan untuk diperiksa.
”Pasien gizi buruk yang kita temui di RSUD Banyumas karena inisiatif sendiri dan kondisinya sudah memburuk saat berobat,” kata Bu Ning -sapaan akrabnya- usai sidak ke RSUD Banyumas pekan lalu.
Mantan anggota DPRD Banyumas itu mengaku heran dengan peran posyandu.
Menurutnya, setiap bulan sudah ada kegiatan rutin posyandu yang berfungsi melakukan kontrol anak balita.
”Keberadaan posyandu mestinya bisa untuk melakukan pantauan. Dibutuhkan peran maksimal bidan dan puskesmas agar pantauan bisa maksimal,” kata dia yang juga aktif di Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Banyumas tersebut.
Enam Balita
Hasil sidak ke RSUD Banyumas ditemukan enam balita gizi buruk yang masih menjalani perawatan. Balita itu dirawat di Ruang Kantil RSUD Banyumas. Kondisi mereka saat ini cukup memprihatinkan.
Misalnya, Roni Sanan (23 bulan) dari Desa Pandansari, Kecamatan Ajibarang. Berat badan 5,6 kilogram dari yang ideal sekitar 10 kilogram. Ada juga Rayvinna Oka Albiansyah.
Balita usia 2 tahun dari Purwokerto Selatan itu bahkan mengalami gangguan pada selaput otak dan saraf mata.
Kepala Dinkes Banyumas, Widayanto, mengakui bahwa kasus gizi buruk di Banyumas masih tinggi. Pemkab, katanya, terus berupaya untuk menangani. Terlebih adanya bantuan untuk balita gizi buruk dari APBD Provinsi.(K38-17)
sumber: suaramerdeka.com
Kesimpulan awal itu dengan alasan beberapa pasien gizi buruk datang dengan sendirinya ke rumah sakit. Artinya, bukan karena ditemukan pemerintah kemudian direkomendasikan untuk diperiksa.
”Pasien gizi buruk yang kita temui di RSUD Banyumas karena inisiatif sendiri dan kondisinya sudah memburuk saat berobat,” kata Bu Ning -sapaan akrabnya- usai sidak ke RSUD Banyumas pekan lalu.
Mantan anggota DPRD Banyumas itu mengaku heran dengan peran posyandu.
Menurutnya, setiap bulan sudah ada kegiatan rutin posyandu yang berfungsi melakukan kontrol anak balita.
”Keberadaan posyandu mestinya bisa untuk melakukan pantauan. Dibutuhkan peran maksimal bidan dan puskesmas agar pantauan bisa maksimal,” kata dia yang juga aktif di Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Banyumas tersebut.
Enam Balita
Hasil sidak ke RSUD Banyumas ditemukan enam balita gizi buruk yang masih menjalani perawatan. Balita itu dirawat di Ruang Kantil RSUD Banyumas. Kondisi mereka saat ini cukup memprihatinkan.
Misalnya, Roni Sanan (23 bulan) dari Desa Pandansari, Kecamatan Ajibarang. Berat badan 5,6 kilogram dari yang ideal sekitar 10 kilogram. Ada juga Rayvinna Oka Albiansyah.
Balita usia 2 tahun dari Purwokerto Selatan itu bahkan mengalami gangguan pada selaput otak dan saraf mata.
Kepala Dinkes Banyumas, Widayanto, mengakui bahwa kasus gizi buruk di Banyumas masih tinggi. Pemkab, katanya, terus berupaya untuk menangani. Terlebih adanya bantuan untuk balita gizi buruk dari APBD Provinsi.(K38-17)
sumber: suaramerdeka.com
Similar topics
» 0,5 Persen Balita di Purbalingga Gizi Buruk
» "Gizi buruk tidak selalu keluarga miskin"
» Angka Kematian Ibu Melahirkan di Banyumas Masih Tinggi
» Penderita Bertambah 66 Orang
» Penderita Kusta Dapat Santunan
» "Gizi buruk tidak selalu keluarga miskin"
» Angka Kematian Ibu Melahirkan di Banyumas Masih Tinggi
» Penderita Bertambah 66 Orang
» Penderita Kusta Dapat Santunan
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|