Krisis Pakan Ternak, Cari Rumput sampai Puluhan Kilometer
Halaman 1 dari 1
Krisis Pakan Ternak, Cari Rumput sampai Puluhan Kilometer
MUSIM kemarau tak cuma berdampak pada manusia yang mengalami kesulitan air bersih, tetapi juga tanaman dan hewan ternak.
Tanaman pangan, baik palawija maupun padi juga butuh air. Ini diakali dengan menyedot air sungai dengan pompa agar tanaman tidak mati kekeringan.
Krisis pakan ternak juga terjadi di musim kemarau ini. Di Pasar Sokaraja Banyumas yang biasanya banyak orang berjualan rumput, kini persediaannya sangat terbatas. ‘’Kalau tidak berangkat pagi, tidak kebagian,’’ kata Natam (42) peternak sapi asal Kalibagor.
Sesuai hukum pasar, ketika barang langka harga pun naik. Demikian pula yang terjadi pada komoditas pakan ternak ini. Saat ini, satu ikat rumput jerami haganya bisa mencapai Rp 6.000. Itu pun tidak selalu ada, karena musim panen di Banyumas sudah hampir selesai.
Hanya tinggal beberapa kecamatan yang terlambat panen, terutama di wilayah timur Banyumas. Biasanya belasan sepeda motor berjajar di pinggir sawah yang sedang dipanen. Para pengendara motor itu bukan tengkulak yang akan membeli gabah petani.
Mereka para pencari rumput yang tidak hanya datang dari daerah Banyumas saja. Tetapi banyak pencari rumput yang berdatangan dari kabupaten tetangga, seperti Purbalingga, dan Cilacap bahkan ada yang datang dari Kebumen. Jarak yang ditempuh bisa mencapai puluhan kilometer.
‘’Kula saking redi Menganti (Saya datang dari gunung Menganti),’’ ujar Sarno yang ditemui di pesawahan Kecamatan Tambak kemarin. Gunung Menganti masuk kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Para peternak di daerah ini dengan mengendarai sepeda motor mencari rumput sampai Banyumas.
Bisa Menghemat Menurut Sarno, dengan modal satu liter bensin eceran seharga Rp 5.000, dia bisa memperoleh empat ikat jerami. ‘’Kalau beli kan harganya sampai Rp 25.000. Tapi dengan mencari sendiri di tempat panen, tidak bayaran,’’ katanya. Ini berarti bisa menghemat Rp 20.000.
Belasan pencari rumput itu menunggui petani yang sedang merontokkan gabahnya. Jeraminya kemudian dipungut dan dipotong bagian bawah dan atasnya, sehingga tinggal batangnya. Satu ikat jerami yang siap jadi pakan, beratnya mencapai 30 kilogram.
Ternak umumnya menyenangi jerami dari daerah Tambak dan Sumpiuh yang dikenal sebagai daerah banjir.
Seorang pengamat pertanian, Ir Budiyono menyebutkan jerami sebagai pakan ternak sudah biasa dilakukan para peternak di daerah sentra pertanian.
Limbah pertanian ini memang tergolong murah dan bisa menekan biaya pakan yang umumnya mencapai 60 persen dari biaya produksi ternak sapi. (Didi Wahyu-33)
Tanaman pangan, baik palawija maupun padi juga butuh air. Ini diakali dengan menyedot air sungai dengan pompa agar tanaman tidak mati kekeringan.
Krisis pakan ternak juga terjadi di musim kemarau ini. Di Pasar Sokaraja Banyumas yang biasanya banyak orang berjualan rumput, kini persediaannya sangat terbatas. ‘’Kalau tidak berangkat pagi, tidak kebagian,’’ kata Natam (42) peternak sapi asal Kalibagor.
Sesuai hukum pasar, ketika barang langka harga pun naik. Demikian pula yang terjadi pada komoditas pakan ternak ini. Saat ini, satu ikat rumput jerami haganya bisa mencapai Rp 6.000. Itu pun tidak selalu ada, karena musim panen di Banyumas sudah hampir selesai.
Hanya tinggal beberapa kecamatan yang terlambat panen, terutama di wilayah timur Banyumas. Biasanya belasan sepeda motor berjajar di pinggir sawah yang sedang dipanen. Para pengendara motor itu bukan tengkulak yang akan membeli gabah petani.
Mereka para pencari rumput yang tidak hanya datang dari daerah Banyumas saja. Tetapi banyak pencari rumput yang berdatangan dari kabupaten tetangga, seperti Purbalingga, dan Cilacap bahkan ada yang datang dari Kebumen. Jarak yang ditempuh bisa mencapai puluhan kilometer.
‘’Kula saking redi Menganti (Saya datang dari gunung Menganti),’’ ujar Sarno yang ditemui di pesawahan Kecamatan Tambak kemarin. Gunung Menganti masuk kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Para peternak di daerah ini dengan mengendarai sepeda motor mencari rumput sampai Banyumas.
Bisa Menghemat Menurut Sarno, dengan modal satu liter bensin eceran seharga Rp 5.000, dia bisa memperoleh empat ikat jerami. ‘’Kalau beli kan harganya sampai Rp 25.000. Tapi dengan mencari sendiri di tempat panen, tidak bayaran,’’ katanya. Ini berarti bisa menghemat Rp 20.000.
Belasan pencari rumput itu menunggui petani yang sedang merontokkan gabahnya. Jeraminya kemudian dipungut dan dipotong bagian bawah dan atasnya, sehingga tinggal batangnya. Satu ikat jerami yang siap jadi pakan, beratnya mencapai 30 kilogram.
Ternak umumnya menyenangi jerami dari daerah Tambak dan Sumpiuh yang dikenal sebagai daerah banjir.
Seorang pengamat pertanian, Ir Budiyono menyebutkan jerami sebagai pakan ternak sudah biasa dilakukan para peternak di daerah sentra pertanian.
Limbah pertanian ini memang tergolong murah dan bisa menekan biaya pakan yang umumnya mencapai 60 persen dari biaya produksi ternak sapi. (Didi Wahyu-33)
Similar topics
» Krisis Air di Dieng Parah
» Persibangga Berlatih di Rumput Kering
» Ular Sanca Pemakan Ternak Ditangkap Warga Desa Gunungwuled
» Persibangga Masih Krisis Penjaga Gawang
» 527 Kilometer Jalan di 3 Kabupaten Rusak
» Persibangga Berlatih di Rumput Kering
» Ular Sanca Pemakan Ternak Ditangkap Warga Desa Gunungwuled
» Persibangga Masih Krisis Penjaga Gawang
» 527 Kilometer Jalan di 3 Kabupaten Rusak
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|