warga purbalanjar
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Menelusuri jejak buronan teroris

Go down

Menelusuri jejak buronan teroris Empty Menelusuri jejak buronan teroris

Post  tahenk Sun Aug 23, 2009 8:39 pm

Misteri tukang servis elektronik

PURBALINGGA - Tidak mudah memang untuk menjangkau Dusun Kedungjampang, Desa Karangrejo, Kutasari, Purbalingga. Letaknya memang lumayan jauh dari ibu kota kecamatan. Apalagi jika ditempuh dari Purbalingga, jaraknya mencapai sekitar 8 kilometer. Untuk memasuki dusun ini harus melewati hamparan lahan pertanian. Namun sejak dua hari terakhir ini dusun yang gersang dan berdebu itu memang banyak didatangi orang luar, terutama para kuli tinta. Pasalnya berdasarkan informasi yang diperoleh dua orang buronan teroris yang wajahnya telah dipublikasikan oleh polisi sempat tinggal di sana.

Salah satunya tentu adalah Husamudin alias Mistam. Menurut penuturan Sekdes Karangreja, Narsito, Husam pernah tinggal selama 12 tahun di desa itu dan menikah dengan Titi Rokhati (31). Dari hasil pernikahannya dia memiliki empat anak perempuan. ”Sehari-hari Husam bekerja sebagai tukang servis elektronik,” katanya.

Titi Rokhati ketika ditemui Wawasan mengatakan dirinya sama sekali tak menduga apabila suaminya dikaitkan dengan kasus terorisme.

Sehari-hari Titi bekerja sebagai guru di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Harapan Soleh di dusun tersebut.

”Mas tahu sendiri bagaimana perasaan saya. Beberapa waktu lalu ketika Densus 88 melakukan penggeledahan ke rumah kami saya sudah stres. Apalagi saat ini setelah ada berita soal empat buronan teroris yang katanya salah satunya adalah suami saya. Terus terang saya tidak tahu menahu masalah itu,” katanya.

Dia mengaku bahwa setelah rumahnya digeledah polisi, dia bersama empat anaknya syok hingga jatuh sakit. Titi mengatakan dia mengenal Husam sebagai suami yang baik. Sehari-hari bekerja sebagai tukang servis radio alat-alat elektronik yang lain. Kalau ada waktu luang dia juga membantu ke ladang. ”Selama 12 tahun tinggal menjadi suami saya dia gak pernah melakukan sesuatu yang mencurigakan. Apalagi yang berhubungan dengan teroris,” kata Titi yang mengenakan jilbab bercadar tersebut.

Hanya saja Titi mengakui bahwa sejak awal Juni lalu suaminya sering pergi ke Jakarta. Alasannya untuk mengerjakan reparasi barang elektronik. Biasanya Husam berada di Jakarta hingga dua minggu. ”Setelah itu pulang dan beraktivitas seperti biasa. Tak ada yang aneh,” tuturnya.

Pada Jumat (12/6) Husam juga pamit lagi untuk berangkat ke Jakarta. Kepada Titi dia juga pamitan ada panggilan untuk memperbaiki alat elektronik di Ibu kota. Namun keluarga Titi menjadi kaget, karena dua hari kemudian rumah milik ibunya yang ditinggali bersama digeledah oleh tim Densus 88 dan suaminya menjadi buron. Terlebih setelah kasus bom di Mega Kuningan juga muncul pernyataan dari polisi bahwa ada empat tersangka yang diduga terlibat. Salah satu fotonya mirip dengan Husam sang suaminya. "Saat ini saya sama sekali tak tahu di mana suami saya berada. Dia tak pernah memberi kabar," kata Titi yang mengaku sudah menikah selama 12 tahun dengan Husam.

Satu nama buronan teroris yang juga dikabarkan pernah tinggal di sana adalah Bagus Budi Pranoto alias Urwah. Dia dikabarkan pernah menjadi guru bahasa Arab di Pondok Pesantren Islam Nurul Huda di desa tersebut. Hal itu dibenarkan oleh pimpinan pondok pesantren itu, Ali Mubarok. "Namun itu hanya sekitar setengah tahun saja, yaitu tahun 1998. Setelah itu dia pergi entah ke mana," katanya. Karena adanya dua buronan teroris yang pernah tinggal di sana membuat dusun tersebut menjadi bahan pembicaraan. Bahkan akan terus diawasi oleh polisi hingga buronan itu ditemukan.

Pernah nyantri
Sementara itu, Pimpinan Ponpes Al-Mutaghin di Desa Sowan Kidul, Jepara, KH Sartono Munadi (57) tidak menampik jika Bagus Budi Pranoto, buronan Polri atas kasus terorisme, pernah nyantri di ponpesnya. Namun demikian, KH Sartono menolak jika akhirnya Ponpes yang dipimpinya dikait-kaitkan dengan terorisme. Pernyataannya ini disampaikannya, Kamis (20/Cool kepada para wartawan yang bertugas di Jepara.

Menurut KH Sartono Munaji, Bagus masuk ke Ponpes Al- Mutaghin pada tahun 1991. Selama enam tahun santri asal Kudus ini berguru tentang agama sampai tahun 1997. Pada saat masuk pertama kali, Bagus masih berusia belia karena baru saja lulus SD.

Selama enam tahun itu, ia menempuh pendidikan di Ponpes yang setara dengan SMP dan SMA. Setelah lulus, yang bersangkutan tidak pernah lagi kembali ke Ponpes. "Kami tidak menampik tentang kenyataan itu. Namun sekali lagi kami juga berharap masalah yang tengah terjadi atas Bagus tidak dikait-kaitkan dengan keberadaan Ponpes kami ini. Dia sudah lulus sejak 12 tahun lalu. Kalau kemudian terjadi atas dirinya terkait dengan terorisme itu sudah menjadi urusan yang bersangkutan secara pribadi," ujarnya .

Dikatakan juga oleh KH Sartono Munadi, sejauh yang diketahuinya, Bagus merupakan santri yang biasa-biasa saja. Dia tidak termasuk santri yang pandai ataupun santri yang bodoh. Apalagi saat itu Bagus masih anak-anak dan belum bisa dikatakan dewasa.

KH Sartono Munadi juga menyatakan sangat menyesalkan dengan apa yang dilakukan oleh Bagus Budi Pranoto, jika akhirnya benar-benar terbukti terlibat dalam aksi terorisme. ST/dis-pu
tahenk
tahenk

Jumlah posting : 2009
Join date : 27.01.08
Lokasi : Jakarta Selatan

http://tahenk.multiply.com/

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik