Tarminah, Satu-satunya Ojek Wanita di Banyumas
Halaman 1 dari 1
Tarminah, Satu-satunya Ojek Wanita di Banyumas
WANITA perkasa, predikat ini pantas disandang oleh Tarminah Ibu empat anak asal Desa Jingkang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Ibu berusia 32 tahun ini sudah 2 tahun ini bekerja sebagai tukang ojek di Pasar Induk Ajibarang. Ia terpaksa jadi tukang ojek karena untuk menopang ekonomi keluarga. Atas keberaniannya itu, Tarminah pula menjadi satu-satunya tukang ojek wanita se Kabupaten Banyumas.
“Saya terpaksa jadi tukang ojek, karena penghasilan suami saya sebagai penderes gula kelapa seharinya hanya Rp 25 ribu tak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, maka untuk menambah pemasukan keluarga, saya ngojek,” katanya kepada KRjogja.com, Kamis (3/6) di tempat mangkalnya, depan Pasar Induk Ajibarang.
Laiknya laki-laki, ia sehari-hari bercelana jeans, bersepatu kets dan mengenakan jaket. Ia tak malu wira-wiri bawa penumpang, laki-laki maupun perempuan. “Buat apa malu, yang penting halal dan tidak korupsi,” ujarnya.
Diakuinya, hidup sekarang segalanya serba mahal, ia yang berasal dari desa terpencil dan hanya berpendidikan tamatan SD, sangat susah mencari nafkah. Sementara ia harus membiayai sekolah keempat anaknya. Jarak tempuh penumpang yang ia bawa pulang-pergi sekitar 20 km seantero Ajibarang dan sekitarnya, mulai jam tujuh pagi sampai jam empat sore. Tarminah tak pantang menyerah. Baginya mencari rejeki yang terpenting untuk biayai sekolah anaknya, biar mereka pintar-pintar. "Anak saya yang pertama sudah SMP, dan ketiga adiknya masih SD, saya sedih kalau mereka bernasib sama seperti saya hanya tamat sampai SD," tuturnya.
Dalam sehari, ia dapat meraup penghasilan rata-rata Rp 50 ribu. Meski sedikit, ia mengaku lumayan untuk menambah penghasilan suami. Ketika ditanya suka dukanya jadi tukang ojek, ia menuturkan, sukanya, kalau hari pasaran Kliwon, bisa dapat uang Rp 70 ribu. Namun dukanya, ia kerap dapat godaan dari para tukang ojek lain yang mayoritas laki-laki maupun dari pelanggan laki-laki. “Ya mereka paling hanya menggoda lewat kata-kata. Kalau sampai pegang-pegang tidak pernah, jadi saya anggap hiburan saja, meski kadang bikin saya tersinggung,” ujarnya.
Begitulah, sebagai wong cilik, perjuangan Tarminah guna mencukupi kehidupan sehari-hari, bahkan penopang ekonomi keluarga sampai rela jadi tukang ojek, yang sejatinya hanya pantas untuk kaum pria, tentu membuat miris apabila mendengar para pejabat tinggi negara yang sudah hidup mewah, tapi masih serakah mengorupsi uang rakyat. (Ero)
“Saya terpaksa jadi tukang ojek, karena penghasilan suami saya sebagai penderes gula kelapa seharinya hanya Rp 25 ribu tak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, maka untuk menambah pemasukan keluarga, saya ngojek,” katanya kepada KRjogja.com, Kamis (3/6) di tempat mangkalnya, depan Pasar Induk Ajibarang.
Laiknya laki-laki, ia sehari-hari bercelana jeans, bersepatu kets dan mengenakan jaket. Ia tak malu wira-wiri bawa penumpang, laki-laki maupun perempuan. “Buat apa malu, yang penting halal dan tidak korupsi,” ujarnya.
Diakuinya, hidup sekarang segalanya serba mahal, ia yang berasal dari desa terpencil dan hanya berpendidikan tamatan SD, sangat susah mencari nafkah. Sementara ia harus membiayai sekolah keempat anaknya. Jarak tempuh penumpang yang ia bawa pulang-pergi sekitar 20 km seantero Ajibarang dan sekitarnya, mulai jam tujuh pagi sampai jam empat sore. Tarminah tak pantang menyerah. Baginya mencari rejeki yang terpenting untuk biayai sekolah anaknya, biar mereka pintar-pintar. "Anak saya yang pertama sudah SMP, dan ketiga adiknya masih SD, saya sedih kalau mereka bernasib sama seperti saya hanya tamat sampai SD," tuturnya.
Dalam sehari, ia dapat meraup penghasilan rata-rata Rp 50 ribu. Meski sedikit, ia mengaku lumayan untuk menambah penghasilan suami. Ketika ditanya suka dukanya jadi tukang ojek, ia menuturkan, sukanya, kalau hari pasaran Kliwon, bisa dapat uang Rp 70 ribu. Namun dukanya, ia kerap dapat godaan dari para tukang ojek lain yang mayoritas laki-laki maupun dari pelanggan laki-laki. “Ya mereka paling hanya menggoda lewat kata-kata. Kalau sampai pegang-pegang tidak pernah, jadi saya anggap hiburan saja, meski kadang bikin saya tersinggung,” ujarnya.
Begitulah, sebagai wong cilik, perjuangan Tarminah guna mencukupi kehidupan sehari-hari, bahkan penopang ekonomi keluarga sampai rela jadi tukang ojek, yang sejatinya hanya pantas untuk kaum pria, tentu membuat miris apabila mendengar para pejabat tinggi negara yang sudah hidup mewah, tapi masih serakah mengorupsi uang rakyat. (Ero)
Similar topics
» Satu-satunya di Jateng, Bupati Siap Luncurkan Klinik Pendidikan ISPI
» Jadi Istri Kedua, Wanita di Banyumas Gantung Diri
» Enam Cabup Banyumas Tandatangani Ikrar Damai, Pilkada Banyumas 2.654 TPS
» Banyumas Bersholawat Awali Hari Jadi Banyumas ke-430
» Enam Wanita Hamil Minta Dicaesar
» Jadi Istri Kedua, Wanita di Banyumas Gantung Diri
» Enam Cabup Banyumas Tandatangani Ikrar Damai, Pilkada Banyumas 2.654 TPS
» Banyumas Bersholawat Awali Hari Jadi Banyumas ke-430
» Enam Wanita Hamil Minta Dicaesar
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|