Budaya Lokal Banyumas Kian Terpinggirkan
Halaman 1 dari 1
Budaya Lokal Banyumas Kian Terpinggirkan
suara merdeka
PURWOKERTO - Budaya lokal Banyumas dari hari ke hari semakin terpinggirkan oleh kedahsyatan gelombang serbuan budaya Barat dan Asia Timur Jauh. Karena itu, dibutuhkan strategi pewarisan budaya dari generasi ke generasi.
Untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut, Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Soedirman bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas serta LPK Poernomosidi menggelar seminar pewarisan budaya lokal di Gedung Soemardjito, Sabtu (17/7).
Ketua panitia seminar Drs Bambang W mengemukakan, gejala keterpinggiran budaya lokal dapat dilihat dari semakin jarang anggota masyarakat mengucapkan salam dengan bahasa banyumasan.
“Kata kula nuwun jarang sekali terdengar akhir-akhir ini dan berganti dengan assalamualaikum yang merupakan bahasa Timur Tengah. Alangkah indahnya apabila sebelum bertandang ke tempat seseorang, ucapkan dahulu kula nuwun baru salam menggunakan bahasa yang lain,” ungkapnya.
Salah seorang pembicara dalam seminar, Prof Dr Soetomo WE MPd mengemukakan, penentu kebijakan dan pengambil keputusan di daerah memiliki peran besar dalam penyelamatan budaya lokal, mengingat bangsa ini masih berwatak paternalistik.
“Ada lima model strategi pewarisan budaya lokal yang saya tawarkan, yakni model pentung Daendels, model Eyang Sosrokartono, model Pangeran Sambernyawa, model Ki Hadjar Dewantara, dan model Bung Karno,” ujarnya.
Model pentung Daendels, dengan membuat peraturan daerah yang isinya memerintahkan agar setiap kantor, keluarga, rumah makan, hotel, tempat wisata memperdengarkan lagu, serta mendokumentasikan semua adat dan tradisi Banyumasan.
Model Sosrokartono lebih mengedepankan kepeloporan seorang pemimpin dalam menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal. Model Pangeran Sambernyawa, dengan menghidupkan rasa memiliki budaya Banyumas dan menetapkan hari khusus penggunaan bahasa banyumasan. “Pemerintah Kabupaten juga perlu memilah dan memilih budaya asing yang baik serta menolak dengan konsisten budaya yang dianggap merusak kelestarian budaya banyumasan,” tandas dia.
Staf Ahli Bidang Pembangunan Kabupaten Banyumas Didi Rudwiyanto yang mewakil Bupati Banyumas Mardjoko mengungkapkan, pembangunan kebudayaan lokal Banyumas dilakukan melalui empat cara, yaitu penggalian, pelestarian pengembangan, dan pemberdayaan.
Adapun program pembangunan kebudayaan Banyumas, menurut Didi, diprioritaskan pada pengembangan nilai budaya serta pengelolaan kekayaan budaya seperti memasukkan budaya banyumasan sebagai pelajaran muatan lokal pada sekolah dasar. (H58-57)
PURWOKERTO - Budaya lokal Banyumas dari hari ke hari semakin terpinggirkan oleh kedahsyatan gelombang serbuan budaya Barat dan Asia Timur Jauh. Karena itu, dibutuhkan strategi pewarisan budaya dari generasi ke generasi.
Untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut, Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Soedirman bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas serta LPK Poernomosidi menggelar seminar pewarisan budaya lokal di Gedung Soemardjito, Sabtu (17/7).
Ketua panitia seminar Drs Bambang W mengemukakan, gejala keterpinggiran budaya lokal dapat dilihat dari semakin jarang anggota masyarakat mengucapkan salam dengan bahasa banyumasan.
“Kata kula nuwun jarang sekali terdengar akhir-akhir ini dan berganti dengan assalamualaikum yang merupakan bahasa Timur Tengah. Alangkah indahnya apabila sebelum bertandang ke tempat seseorang, ucapkan dahulu kula nuwun baru salam menggunakan bahasa yang lain,” ungkapnya.
Salah seorang pembicara dalam seminar, Prof Dr Soetomo WE MPd mengemukakan, penentu kebijakan dan pengambil keputusan di daerah memiliki peran besar dalam penyelamatan budaya lokal, mengingat bangsa ini masih berwatak paternalistik.
“Ada lima model strategi pewarisan budaya lokal yang saya tawarkan, yakni model pentung Daendels, model Eyang Sosrokartono, model Pangeran Sambernyawa, model Ki Hadjar Dewantara, dan model Bung Karno,” ujarnya.
Model pentung Daendels, dengan membuat peraturan daerah yang isinya memerintahkan agar setiap kantor, keluarga, rumah makan, hotel, tempat wisata memperdengarkan lagu, serta mendokumentasikan semua adat dan tradisi Banyumasan.
Model Sosrokartono lebih mengedepankan kepeloporan seorang pemimpin dalam menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal. Model Pangeran Sambernyawa, dengan menghidupkan rasa memiliki budaya Banyumas dan menetapkan hari khusus penggunaan bahasa banyumasan. “Pemerintah Kabupaten juga perlu memilah dan memilih budaya asing yang baik serta menolak dengan konsisten budaya yang dianggap merusak kelestarian budaya banyumasan,” tandas dia.
Staf Ahli Bidang Pembangunan Kabupaten Banyumas Didi Rudwiyanto yang mewakil Bupati Banyumas Mardjoko mengungkapkan, pembangunan kebudayaan lokal Banyumas dilakukan melalui empat cara, yaitu penggalian, pelestarian pengembangan, dan pemberdayaan.
Adapun program pembangunan kebudayaan Banyumas, menurut Didi, diprioritaskan pada pengembangan nilai budaya serta pengelolaan kekayaan budaya seperti memasukkan budaya banyumasan sebagai pelajaran muatan lokal pada sekolah dasar. (H58-57)
Similar topics
» Sepatu Produk Lokal Banyumas Segera Diluncurkan ke Pasaran
» Banyumas Kini Punya Sistem Operasi Komputer Bahasa Lokal
» Pergelaran Budaya Warnai Hari Jadi Banyumas
» PESTA BUDAYA & EXPO BANYUMAS (AKHIR TAHUN) 2012
» Pameran dan Pagelaran Seni MGMP Seni Budaya Banyumas
» Banyumas Kini Punya Sistem Operasi Komputer Bahasa Lokal
» Pergelaran Budaya Warnai Hari Jadi Banyumas
» PESTA BUDAYA & EXPO BANYUMAS (AKHIR TAHUN) 2012
» Pameran dan Pagelaran Seni MGMP Seni Budaya Banyumas
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik