Kondisi Terminal Majenang Tujuh Tahun Memprihatinkan
Halaman 1 dari 1
Kondisi Terminal Majenang Tujuh Tahun Memprihatinkan
CILACAP- Sejak dipindah dari terminal lama pada 2004 ke dekat Pasar Induk Majenang, kondisi terminal daerah itu sangat memprihatinkan. Berdasarkan data yang dihimpun, selama tujuh tahun hampir tidak ada perubahan berarti dari segi fisik. Dapat dikatakan kondisinya tidak layak disebut sebagai terminal, malah dapat dikatakan lebih mirip sebuah lapangan.
Di area terminal seluas 7.500 meter persegi tidak ada sama sekali fasilitas umum yang representatif. Fasilitas paling baik adalah kantor kepala terminal. Fasilitas ruang tunggu penumpang menyatu dengan tempat ngetem angkutan, hanya berupa bangunan semi permanen yang terbuat dari kayu yang sudah mulai rapuh dan beratapkan asbes.
Fasilitas WC umum pun tidak ada. Aspal sudah lama mengelupas. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya kubangan air di tengah terminal. Hampir semua jenis kendaraan masuk ke terminal itu. Angkutan pedesaan, bus AKDP, bus engkel, dokar dan becak, semuanya masuk menuggu penumpang seolah-olah tidak ada sistem pengaturan yang baik. Salah satu sopir angkutan, Arif Rahman, mengatakan para supir sering dijanjikan oleh pemerintah kalau terminal tersebut akan dibangun lebih representatif. Kenyataannya hingga hari ini tidak ada realisasinya.
Kepala Terminal Majenang, Pontjo Sukrisno, mengatakan dipindahnya terminal tersebut bersamaan dengan dipindahnya Pasar Induk Majenang sejak kasus kebakaran yang melanda pasar lama. Pindahnya terminal dengan tujuan untuk meramaikan pasar baru. Ia mengakui, kondisi terminal memang sangat tidak representatif. (H82-17)
sumber: suaramerdeka.com
Di area terminal seluas 7.500 meter persegi tidak ada sama sekali fasilitas umum yang representatif. Fasilitas paling baik adalah kantor kepala terminal. Fasilitas ruang tunggu penumpang menyatu dengan tempat ngetem angkutan, hanya berupa bangunan semi permanen yang terbuat dari kayu yang sudah mulai rapuh dan beratapkan asbes.
Fasilitas WC umum pun tidak ada. Aspal sudah lama mengelupas. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya kubangan air di tengah terminal. Hampir semua jenis kendaraan masuk ke terminal itu. Angkutan pedesaan, bus AKDP, bus engkel, dokar dan becak, semuanya masuk menuggu penumpang seolah-olah tidak ada sistem pengaturan yang baik. Salah satu sopir angkutan, Arif Rahman, mengatakan para supir sering dijanjikan oleh pemerintah kalau terminal tersebut akan dibangun lebih representatif. Kenyataannya hingga hari ini tidak ada realisasinya.
Kepala Terminal Majenang, Pontjo Sukrisno, mengatakan dipindahnya terminal tersebut bersamaan dengan dipindahnya Pasar Induk Majenang sejak kasus kebakaran yang melanda pasar lama. Pindahnya terminal dengan tujuan untuk meramaikan pasar baru. Ia mengakui, kondisi terminal memang sangat tidak representatif. (H82-17)
sumber: suaramerdeka.com
Similar topics
» Kondisi Drainase Memprihatinkan
» Tujuh Tahun Rusak Parah, Jalan Rawaheng Akhirnya Diaspal
» Dana 20 Miliar Siap Ubah Terminal Bobotsari Jadi Terminal Tipe A
» Kasus Asusila Makin Memprihatinkan
» Majenang Diusulkan sebagai Calon Ibu Kota
» Tujuh Tahun Rusak Parah, Jalan Rawaheng Akhirnya Diaspal
» Dana 20 Miliar Siap Ubah Terminal Bobotsari Jadi Terminal Tipe A
» Kasus Asusila Makin Memprihatinkan
» Majenang Diusulkan sebagai Calon Ibu Kota
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|