Pemangsa, Diduga Anjing Ajag
Halaman 1 dari 1
Pemangsa, Diduga Anjing Ajag
PURWOKERTO- Melihat ciri-ciri luka binatang ternak, serta keterangan warga yang sempat melihat kawanan binatang pemangsa domba di sejumlah desa yang ada di Kecamatan Kedungbanteng, pemangsa tersebut kemungkinan adalah anjing ajag.
”Predator yang wilayah teritorialnya cukup luas biasanya anjing ajag (Cuon alpinus), sehingga berani menyambangi kawasan pemukiman,'' ungkap dosen Ekologi Fakultas Biologi (Fabio) Unsoed Dr Eming Sudiana MSi, Senin (14/5).
Dia menyebutkan, bahwa anjing jenis ini merupakan anjing liar yang biasa hidup di kawasan hutan asia. Anjing Ajag, biasa hidup dengan membentuk kelompok yang terdiri atas empat sampai puluhan ekor. Ciri fisik anjing tersebut biasanya memiliki bulu cokelat kemerahan dan berperawakan sedang. ''Saat berburu mangsa, anjing itu juga selalu bergerombol,'' tuturnya.
Dia menambahkan, penyebab kematian puluhan ekor domba dengan kondisi perut terkoyak, menggambarkan bahwa peristiwa itu memang disebabkan oleh binatang pemangsa. Predator umumnya memakan organ hati dan jantung dari mangsanya, sebelum memangsa bagian lain. Hal itu disebabkan, kedua organ tersebut dinilai memiliki kandungan energi lebih banyak.
Cenderung Menyerang
Sementara menurut Dr rer.nat W Lestari MSc yang juga dosen Ekologi di Fabio Unsoed, selain ciri fisik tersebut, hal yang membedakan anjing ajag, dengan anjing biasa terlihat dari hubungan interaksi dengan manusia. Jika anjing biasa cenderung menghindari manusia, anjing jenis ini jika bertemu manusia justru berkecenderungan menyerang manusia.
''Peristiwa seperti itu juga pernah terjadi di daerah lain, di antaranya di Solo, Klaten, dan malang. Kebanyakan juga disebabkan anjing ajag,'' ucapnya.
Pemicu anjing tersebut sampai di daerah pemukiman, umumnya disebabkan sulitnya mencari mangsa alami. Keadaan itu bisa terjadi karena ekosistem yang menjadi habitat anjing tersebut terganggu.
''Bisa saja karena populasi binatang yang menjadi mangsa menurun akibat perburuan, membuat anjing tersebut tak lagi memiliki mangsa, akibatnya dia harus turun sampai ke pemukiman untuk mencari mangsa,'' katanya.
Guna mengatasi hal itu, langkah paling tepat yang bisa dilakukan adalah dengan melestarikan populasi mangsa alami dari anjing ajag. Sehingga diharapkan di habitat aslinya masih tersedia cukup mangsa, yang bisa mereka jadikan makanan.
Beberapa literatur menyebutkan, jika anjing ajag merupakan anjing asli dari Indonesia, meski juga disebut terdapat di beberapa wilayah lain yang ada di Asia. Saat ini populasi anjing ajag juga semakin menurun, bahkan dikategorikan terancam punah. Penurunan populasi terjadi akibat kerusakan hutan yang menyebabkan berkurangnya mangsa, juga akibat perburuan liar. (K17-63)
#suaramerdeka
”Predator yang wilayah teritorialnya cukup luas biasanya anjing ajag (Cuon alpinus), sehingga berani menyambangi kawasan pemukiman,'' ungkap dosen Ekologi Fakultas Biologi (Fabio) Unsoed Dr Eming Sudiana MSi, Senin (14/5).
Dia menyebutkan, bahwa anjing jenis ini merupakan anjing liar yang biasa hidup di kawasan hutan asia. Anjing Ajag, biasa hidup dengan membentuk kelompok yang terdiri atas empat sampai puluhan ekor. Ciri fisik anjing tersebut biasanya memiliki bulu cokelat kemerahan dan berperawakan sedang. ''Saat berburu mangsa, anjing itu juga selalu bergerombol,'' tuturnya.
Dia menambahkan, penyebab kematian puluhan ekor domba dengan kondisi perut terkoyak, menggambarkan bahwa peristiwa itu memang disebabkan oleh binatang pemangsa. Predator umumnya memakan organ hati dan jantung dari mangsanya, sebelum memangsa bagian lain. Hal itu disebabkan, kedua organ tersebut dinilai memiliki kandungan energi lebih banyak.
Cenderung Menyerang
Sementara menurut Dr rer.nat W Lestari MSc yang juga dosen Ekologi di Fabio Unsoed, selain ciri fisik tersebut, hal yang membedakan anjing ajag, dengan anjing biasa terlihat dari hubungan interaksi dengan manusia. Jika anjing biasa cenderung menghindari manusia, anjing jenis ini jika bertemu manusia justru berkecenderungan menyerang manusia.
''Peristiwa seperti itu juga pernah terjadi di daerah lain, di antaranya di Solo, Klaten, dan malang. Kebanyakan juga disebabkan anjing ajag,'' ucapnya.
Pemicu anjing tersebut sampai di daerah pemukiman, umumnya disebabkan sulitnya mencari mangsa alami. Keadaan itu bisa terjadi karena ekosistem yang menjadi habitat anjing tersebut terganggu.
''Bisa saja karena populasi binatang yang menjadi mangsa menurun akibat perburuan, membuat anjing tersebut tak lagi memiliki mangsa, akibatnya dia harus turun sampai ke pemukiman untuk mencari mangsa,'' katanya.
Guna mengatasi hal itu, langkah paling tepat yang bisa dilakukan adalah dengan melestarikan populasi mangsa alami dari anjing ajag. Sehingga diharapkan di habitat aslinya masih tersedia cukup mangsa, yang bisa mereka jadikan makanan.
Beberapa literatur menyebutkan, jika anjing ajag merupakan anjing asli dari Indonesia, meski juga disebut terdapat di beberapa wilayah lain yang ada di Asia. Saat ini populasi anjing ajag juga semakin menurun, bahkan dikategorikan terancam punah. Penurunan populasi terjadi akibat kerusakan hutan yang menyebabkan berkurangnya mangsa, juga akibat perburuan liar. (K17-63)
#suaramerdeka
Similar topics
» Penasaran Sosok Pemangsa 19 Kambing, Warga Banyumas Datangi Polres
» Lima Rekanan Jakarta Diduga Fiktif
» Diduga Plagiat Film, Kampus Unsoed Dipolisikan
» Lima Rekanan Jakarta Diduga Fiktif
» Diduga Plagiat Film, Kampus Unsoed Dipolisikan
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|