Tarling Mampu Memutus Jarak Rakyat dan Birokrat
Halaman 1 dari 1
Tarling Mampu Memutus Jarak Rakyat dan Birokrat
BANJARNEGARA (banyumasnews.com) – Ada banyak alasan mengapa Kepala Desa tidak bisa membawa langsung kendala permasalahan yang ada di wilayahnya ke jenjang pemerintahan lebih atas di tingkat kabupaten atau bahkan melaporkannya langsung kepada Bupati. Baik karena alasan procedural, tingkat kepentingan, alur kedinasan, dan sebagainya. Kalau pun jalur ini ditempuh terkesan memakan waktu lama dan hubungan yang ada menjadi sangat formal.
Akan tetapi ada hal menarik bila mengamati kegiatan Tarawih keliling yang diselenggarakan oleh Pemkab Banjarnegara. Tarling yang memang diselenggarakan sebagai sarana silaturahmi antara pimpinan daerah dengan masyarakat ternyata mampu memutus jalur formal birokrasi yang panjang. Pada forum seperti ini, Camat, Kades, Tokoh Masyarakat, Ulama dan warga biasa pun dapat menyampaikan aspirasinya langsung kepada pimpinan Kabupaten.
“Diakui atau tidak, pemerintahan desa, takmir masjid bahkan warga masyarakat seolah otomatis tahu dan langsung mempersiapkan diri memanfaatkan forum tersebut untuk menyampaikan aspirasi. Seringkali aspirasi yang disampaikan merupakan aspirasi pembangunan ataupun permintaan bantuan anggaran” kata Drs. Wahyono, MM, Kabag Humas Setda, Sabtu (28/08) di kantornya.
Pada kesempatan seperti itu, lanjutnya, biasanya Bupati langsung menginstruksikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait untuk memperhatikan aspirasi yang dimaksud dan mengagendakannya. “Bila permasalahan tidak memakan anggaran besar biasanya langsung ditindaklanjuti oleh SKPD” imbuhnya..
Selanjutnya Wahyono menambahkan, setiap malam Tarling dilaksanakan, rombongan Tarling Kabupaten akan dibagi menjadi tiga rombongan besar yang masing-masing akan dipimpin oleh Bupati, Wakil Bupati dan Sekda. Bersama rombongan ikut serta anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, Anggota DPRD, jajaran pejabat Pemkab dan Ustadz selaku pengisi ceramah keagamaan. “Setiap malam Tarling akan ada tiga desa di tiga kecamatan yang biasanya berada dalam satu distrik yang dijadikan lokasi kegiatan” katanya.
Sebelum berangkat tim tarling berkumpul terlebih dahulu di Pendop Kabupaten. Setelah waktu yang ditentukan masing-masing rombongan akan berangkat menuju lokasi Tarling. Sesampai di lokasi, rombongan biasanya terlebih dahulu transit di rumah Kepala Desa atau perangkat. Karena waktu buka belum tiba, maka waktu yang ada sering dimanfaatkan Bupati bersama rombongan untuk bersilaturahmi dengan anggota rombongan ataupun dengan Camat, Kades, Tokoh Masyarakat dan ulama. “Seringkali dalam dialog informal seperti ini aspirasi masyarakat disampaikan oleh Kades, tokoh masyarakat dan ulama” katanya.
Pada kesempatan tersebut, lanjut Wahyono, Bupati biasanya memulai pembicaraan dengan menanyakan situasi lokal yang ada, baik kepada Camat, Kades maupun tokoh masyarakat setempat. Perihalnya dapat berupa masalah pembangunan maupun beragam masalah lain yang actual. Pembicaraan yang ada berjalan santai tapi serius. Menanggapi aspirasi, sebelum diambil keputusan Bupati seringkali berdialog dan berdiskusi terbuka dengan jajaran pimpinan SKPD yang berkaitan dengan permasalahan. “Sehingga membuat penanganan kebijakan terlihat transparan dan demokratis” urainya.
Bayangan sosok kekuasaan yang angkuh dan sacral seperti memudar ketika pembicaraan dilaksanakan dengan sesekali diselingi kelakar dan canda tawa, sehingga membuat suasana sumringah dan hangat. “Hal seperti inilah yang membuat jarak formal yang biasanya ada terkesan menghilang” katanya.
Kesempatan kedua yang seringkali dimanfaatkan oleh masyarakat adalah saat kegiatan dimulai di masjid. “Pada saat sambutan, seringkali Camat, Kades maupun takmir masjid memanfaatkan forum tersebut untuk menyampaikan aspirasi kepada pimpinan kabupaten” ujarnya.
Agus Nurwanto, Kades Majatengah, Karangkobar pun mengakui efektifitas forum tersebut. Pada waktu Tarling Bupati di wilayahnya, ia pun menyampaikan sejumlah aspirasi pembangunan. “Paling tidak saya sudah menyampaikan aspirasi tersebut langsung kepada Pimpinan di hadapan rakyat saya. Sehingga mereka tahu bahwa aspirasinya betul-betul diperhatikan oleh Pemerintah Desa. Mengenai keberhasilannya, saya serahkan semua kepada pimpinan untuk mengambil kebijakan” urainya. (BNC/eko)
Akan tetapi ada hal menarik bila mengamati kegiatan Tarawih keliling yang diselenggarakan oleh Pemkab Banjarnegara. Tarling yang memang diselenggarakan sebagai sarana silaturahmi antara pimpinan daerah dengan masyarakat ternyata mampu memutus jalur formal birokrasi yang panjang. Pada forum seperti ini, Camat, Kades, Tokoh Masyarakat, Ulama dan warga biasa pun dapat menyampaikan aspirasinya langsung kepada pimpinan Kabupaten.
“Diakui atau tidak, pemerintahan desa, takmir masjid bahkan warga masyarakat seolah otomatis tahu dan langsung mempersiapkan diri memanfaatkan forum tersebut untuk menyampaikan aspirasi. Seringkali aspirasi yang disampaikan merupakan aspirasi pembangunan ataupun permintaan bantuan anggaran” kata Drs. Wahyono, MM, Kabag Humas Setda, Sabtu (28/08) di kantornya.
Pada kesempatan seperti itu, lanjutnya, biasanya Bupati langsung menginstruksikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait untuk memperhatikan aspirasi yang dimaksud dan mengagendakannya. “Bila permasalahan tidak memakan anggaran besar biasanya langsung ditindaklanjuti oleh SKPD” imbuhnya..
Selanjutnya Wahyono menambahkan, setiap malam Tarling dilaksanakan, rombongan Tarling Kabupaten akan dibagi menjadi tiga rombongan besar yang masing-masing akan dipimpin oleh Bupati, Wakil Bupati dan Sekda. Bersama rombongan ikut serta anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, Anggota DPRD, jajaran pejabat Pemkab dan Ustadz selaku pengisi ceramah keagamaan. “Setiap malam Tarling akan ada tiga desa di tiga kecamatan yang biasanya berada dalam satu distrik yang dijadikan lokasi kegiatan” katanya.
Sebelum berangkat tim tarling berkumpul terlebih dahulu di Pendop Kabupaten. Setelah waktu yang ditentukan masing-masing rombongan akan berangkat menuju lokasi Tarling. Sesampai di lokasi, rombongan biasanya terlebih dahulu transit di rumah Kepala Desa atau perangkat. Karena waktu buka belum tiba, maka waktu yang ada sering dimanfaatkan Bupati bersama rombongan untuk bersilaturahmi dengan anggota rombongan ataupun dengan Camat, Kades, Tokoh Masyarakat dan ulama. “Seringkali dalam dialog informal seperti ini aspirasi masyarakat disampaikan oleh Kades, tokoh masyarakat dan ulama” katanya.
Pada kesempatan tersebut, lanjut Wahyono, Bupati biasanya memulai pembicaraan dengan menanyakan situasi lokal yang ada, baik kepada Camat, Kades maupun tokoh masyarakat setempat. Perihalnya dapat berupa masalah pembangunan maupun beragam masalah lain yang actual. Pembicaraan yang ada berjalan santai tapi serius. Menanggapi aspirasi, sebelum diambil keputusan Bupati seringkali berdialog dan berdiskusi terbuka dengan jajaran pimpinan SKPD yang berkaitan dengan permasalahan. “Sehingga membuat penanganan kebijakan terlihat transparan dan demokratis” urainya.
Bayangan sosok kekuasaan yang angkuh dan sacral seperti memudar ketika pembicaraan dilaksanakan dengan sesekali diselingi kelakar dan canda tawa, sehingga membuat suasana sumringah dan hangat. “Hal seperti inilah yang membuat jarak formal yang biasanya ada terkesan menghilang” katanya.
Kesempatan kedua yang seringkali dimanfaatkan oleh masyarakat adalah saat kegiatan dimulai di masjid. “Pada saat sambutan, seringkali Camat, Kades maupun takmir masjid memanfaatkan forum tersebut untuk menyampaikan aspirasi kepada pimpinan kabupaten” ujarnya.
Agus Nurwanto, Kades Majatengah, Karangkobar pun mengakui efektifitas forum tersebut. Pada waktu Tarling Bupati di wilayahnya, ia pun menyampaikan sejumlah aspirasi pembangunan. “Paling tidak saya sudah menyampaikan aspirasi tersebut langsung kepada Pimpinan di hadapan rakyat saya. Sehingga mereka tahu bahwa aspirasinya betul-betul diperhatikan oleh Pemerintah Desa. Mengenai keberhasilannya, saya serahkan semua kepada pimpinan untuk mengambil kebijakan” urainya. (BNC/eko)
Similar topics
» Seluruh KA Jarak Jauh akan Pakai AC
» CLC Luncurkan Bioskop Rakyat
» Guru Tak Mampu Susun Kurikulum
» Kembalikan Unsoed sebagai Kampus Rakyat
» Tata Ruang Salah, Sengsarakan Rakyat
» CLC Luncurkan Bioskop Rakyat
» Guru Tak Mampu Susun Kurikulum
» Kembalikan Unsoed sebagai Kampus Rakyat
» Tata Ruang Salah, Sengsarakan Rakyat
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|